BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan
di daerah-daerah terpencil di Kabupaten Katingan dapat dikatakan tertinggal
apabila dibandingkan dengan pendidikan di Daerah perkotaannya. Dicontohkan SMAN
1 Tewang Sanggalang Garing, dari 115 peserta UN, hanya 16 siswa saja yang
lulus. Selebihnya harus mengulang kembali. Sekolah yang juga menyumbang jumlah
lulusan terendah juga berada di SMAK Tumbang Samba. Dimana 22 peserta UN harus
mengulang kembali lantaran tak lulus dengan angka tak sampai pada target
kelulusan. Data tersebut merupakan angka kelulusan tahun 2011 pada SMA yang
berada di Daerah-daerah pedalaman di Kabupaten Katingan.
Menurut
M.Afen yang menjabat sebagai Kabid Dikmenti Diknas Katingan, penyebab rendahnya
tingkat kelulusan di Daerah pedalaman adalah kondisi sekolah yang minim dan
terbatas baik dalam hal tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana. Hal ini
terbukti dengan masih banyak guru yang belum memenuhi standar kualifikasi,
gedung sekolah yang bergantian pemakaiannya, buku pelajaran dan akses informasi
yang terbatas, sebagai akibat dari keterisoliran daerah tersebut.
Berdasarkan persoalan di
atas, penulis akan memaparkan lebih detail daerah-daerah yang termasuk daerah terpencil
di Kabupaten Sintang, masalah-masalah pendidikan daerah terpencil dan
menawarkan altenatif pemecahan masalah pendidikan di daerah terpencil tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Daerah-daerah mana saja yang termasuk daerah
terpencil di Katingan?
1.2.2 Apa permasalahan pendidikan di daerah terpencil
tersebut?
1.2.3 Apa alternatif pemecahan masalah pendidikan di
daerah terpencil tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Menyebutkan daerah-daerah yang termasuk daerah
terpencil di Katingan.
1.3.2 Menjelaskan permasalahan pendidikan di daerah
terpencil tersebut.
1.3.3 Menjelaskan alternatif pemecahan masalah
pendidikan di daerah terpencil tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kualitas Pendidikan
Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry
dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet”: “mutu, baik buruknya
barang”. Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan
kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu.
Sedangkan
kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan
kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas
mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini
kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai
dimana pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan.
Menurut Supranta kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan
sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Sebagaimana yang telah dipaparkan
oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono menyatakan kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
2.2
Daerah-daerah terpencil di Kabupaten Katingan
Daerah terpencil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d, Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 9 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 ayat (15) dan ayat (16) Undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1991 adalah daerah yang memiliki potensi ekonomi berupa sumber
daya alam di bidang pertanian, perhutanan, pertambangan, pariwisata dan
perindustrian, tetapi keadaan prasarana dan sarana ekonomi yang tersedia masih
terbatas, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi
kekuatan ekonomi nyata, penanam modal perlu membangun atas beban sendiri
prasarana dan sarana yang dibutuhkannya seperti jalan, pelabuhan, tenaga
listrik, telekomunikasi, air, perumahan karyawan, pelayanan kesehatan, sekolah,
tempat peribadatan, pasar dan kebutuhan sosial lainnya, yang memerlukan biaya
yang besar.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Katingan, Kalimantan Katingan, Jahriansyah Menyebutkan bahwa di Kabupaten
Katingan daerah yang tergolong daerah terpencil meliputi Kecamatan Mendawai,
Kecamatan Petak Malai, Kecamatan Bukit Raya. Permasalahan pokok yang terjadi
pada kecamatan-kecamatan tersebut adalah sulitnya ases informasi dan sarana
jalan. Misalnya, untuk menuju Kecamatan Petak Malai dan Kecamatan Bukit Raya hanya
dapat ditempuh menggunakan transportasi air yang oleh masyarakat setempat
dinamakan Speed Boat 40pk.
Keterisoliran ini berakibat pada
sulitnya perkembangan daerah tersebut, tidak terkecuali bidang pendidikan.
Akibat yang ditimbulkan antara lain, guru enggan ditempatkan didaerah tersebut,
sehingga banyak sekolah yang kekurangan tenaga pengajar. Akibat lainnya adalah
sarana dan prasarana yang minim karena kurang mendapat perhatian dari
pemerintah dan akses informasi yang sulit. Hal inilah yang membedakan
sekolah-sekolah yang berada di Daerah-daerah terpencil dibandingkan dengan sekolah-sekolah
yang berada di kecamatan katingan tengah dan katingan hilir.
Keberhasilan pendidikan di
Daerah-daerah terpencil sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang memadai,
akses informasi dan atau sumber belajar peserta didik yang tersedia serta
tenaga pengajar yang berkulitas. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan
pemerintah yang tepat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Daerah-daerah
terpencil dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah bekerjasama dengan
masyarakat setempat.
Dengan adanya perbaikan dalam sarana
dan prasarana, akses informasi dan tenaga pengajar maka mutu pendidikan juga
akan meningkat. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan, maka sumber daya
manusia juga akan memberi kontribusi yang signifikan, sehingga dengan
sendirinya bidang-bidang lain juga akan berkembang dengan baik. Pemerintah
harus mengupayakan pemerataan pendidikan supaya pendidikan di Daerah-daerah
terpencil dapat terwujud.Seperti telah disebutkan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 (TAP MPR No. IV/MPR/1999) yang berbunyi
“mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara
berarti”.
2.3
Permasalahan dan Pemecahan masalah Pendidikan di daerah Terpencil
1.
Masalah Pemerataan Pendidikan
Adalah persoalan bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi
wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu
pendidikan di permasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang di harapkan. Mutu pendidikan di lihat pada kualitas keluarannya. Apakah
keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri
dan berkarya,anggota masyarakat yang bertanggung jawab, warganegara yang cinta
tanah air, dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan.
Segi mutu,
pada awal perkembangannya memang menitik beratkan kepada segi kuntitatif dan
usaha pemerataan. Selanjutnya baru segi kualitatif atau mutu di perhatikan,
yaitu :
ü penyempurnaan
UU pendidikan,
ü penyempurnaan
kurikulum,
ü pengembangan
kemampuan tenaga kependidikan,
ü penyempurnaan
prasarana belajar, dan sebagainya.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana
suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan pendidikan.
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan merupakan
kesesuaian antara pendidikan dengan perkembangan di masyarakat. Misalnya :
- Lembaga pendidikan tidak dapat mencetak
lulusan yang siap pakai.
- Tidak adanya kesesuaian antara output
(lulusan) pendidikan dengan tuntutan perkembangan ekonomi.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing
– masing dikatakan teratasi jika :
Ø Dapat
menyediakan kesempatan permerataan belajar, artinya : semua warga negara
yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
Ø Dapat
mencapai hasil yang bermutu, artinya : perencanaan, pemrosesan
pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Ø Dapat
terlaksana secara efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan
rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
Ø Produknya
yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Faktor –
faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan
Faktor yang
mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan ada dua kategori yaitu Masalah
mikro dan masalah makro pendidikan.
•
Masalah Mikro:
permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan pada butir A di
atas, yaitu masalah – masalah yg berlangsung di dlm sistem pendidikan itu
sendiri.
•
Masalah
Makro:
- perkembangan iptek dan seni
- laju pertumbuhan penduduk
- aspirasi masyarakat
- keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
2.4 Permasalahan Pendidikan Di Kabupaten
Katingan
Di Indonesia
masih banyak masalah masalah mengenai pendidikan ini yang sampai sekarang masih
belum bisa diselesaikan, rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia menjadi masalah utama yang harus cepat diatasi. Berikut masalah pendidikan
yang ada di Indonesia secara umum, yaitu:
1.
Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu
pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yg diharapkan. Efektifitas
pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan
penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya
tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana
menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya
pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar dan
banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di
Indonesia Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia
yang lebih baik.
2.
Standardisasi Pendidikan di katingan
Peserta didik Indonesia terkadang
hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan
bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak
perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang
diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Beberapa masalah secara khusus yg menyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan di Katingan, yaitu :
1. Rendahnya
Kualitas Sarana Fisik
2. Rendahnya Kualitas Guru
3. Rendahnya Kesejahteraan
Guru
4. Rendahnya Prestasi
Siswa
5. Mahalnya Biaya Pendidikan
Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Kabupaten
Katingan
Pertama, solusi sistemik, yakni
solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem
pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem
ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini,
diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme, yang berprinsip antara
lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk
pendanaan pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi
yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi
ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa di Kabupaten Katingan daerah yang tergolong daerah terpencil
meliputi Kecamatan Mendawai, Kecamatan Petak Malai, Kecamatan Bukit Raya.
Permasalahan pokok yang terjadi pada kecamatan-kecamatan tersebut adalah
sulitnya ases informasi dan sarana jalan. Misalnya, untuk menuju Kecamatan
Petak Malai dan Kecamatan Bukit Raya hanya dapat ditempuh menggunakan
transportasi air yang oleh masyarakat setempat dinamakan Speed Boat 40pk.
Keterisoliran ini berakibat pada
sulitnya perkembangan daerah tersebut, tidak terkecuali bidang pendidikan.
Akibat yang ditimbulkan antara lain, guru enggan ditempatkan didaerah tersebut,
sehingga banyak sekolah yang kekurangan tenaga pengajar. Akibat lainnya adalah
sarana dan prasarana yang minim karena kurang mendapat perhatian dari
pemerintah dan akses informasi yang sulit.
Keberhasilan pendidikan di
Daerah-daerah terpencil sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang
memadai, akses informasi dan atau sumber belajar peserta didik yang tersedia
serta tenaga pengajar yang berkulitas. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan
pemerintah yang tepat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Daerah-daerah
terpencil dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah bekerjasama dengan
masyarakat setempat.
Sedangkan masalah-masalah pendidikan
yang di hadapi didaerah terpencil di kabupaten katingan yaitu : masalah
pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan,
dan masalah relevansi pendidikan. Adapun solusi-solusi pemecahan masalah
pendidikan di katingan adalah solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui
sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan.
Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem
ekonomi kapitalisme, yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan
tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Solusi
teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa.
3.2 Saran
Upaya
yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah pendidikan
salah satunya adalah pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak
cukup berlangsung hanya secara insidental. Pendekatan keterampilan proses yang
sudah disebarluaskan konsepnya perlu ditindaklanjuti dengan menyebarkan buku
panduannya kepada sekolah-sekolah.
salah satunya adalah pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak
cukup berlangsung hanya secara insidental. Pendekatan keterampilan proses yang
sudah disebarluaskan konsepnya perlu ditindaklanjuti dengan menyebarkan buku
panduannya kepada sekolah-sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Kalteng post (senin 17 agustus 2009)
Safarudin Siregar. 2004. Statistik
Terapan Untuk Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Shinichi Ichimura. 1996. Pembangunan
Ekonomi Indonesia, Masalah Dan Analisis. Edisi
Revisi. UI Press.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/meningkatkan-mutu-pendidikan.html. Diakses Pada 14 April 2014.
http://ichalolla.wordpress.com/2010/12/19/permasalahan-pokok-pendidikan-dan
pemecahannya/. Diakses pada 20 April 2014.
makalah ini saya buat sesuai dengan fakta
BalasHapus